Selasa, 05 Oktober 2010

MENGUAK JEJAK KEDOKTERAN ISLAM

Islam memberi kontribusi penting pada ilmu kedokteran.

"Ilmu kedokteran tak lahir dalam waktu semalam,” ujar Dr Ezzat  Abouleish MD dalam tulisannya berjudul Contributions of Islam to  Medicine. Studi kedokteran yang berkembang pesat di era modern ini  merupakan puncak dari usaha jutaan manusia, baik yang dikenal maupun  tidak, sejak ribuan tahun silam.

Saking pentingnya, ilmu kedokteran selalu diwariskan dari generasi ke  generasi dan bangsa ke bangsa. Cikal bakal ilmu medis sudah ada sejak  dahulu kala. Sejumlah peradaban kuno, seperti Mesir, Yunani, Roma,  Persia, India, serta Cina sudah mulai mengembangkan dasar-dasar ilmu  kedokteran dengan cara sederhana.

Orang Yunani Kuno mempercayai Asclepius sebagai dewa kesehatan. Pada  era ini, menurut penulis Canterbury Tales, Geoffrey Chaucer, di  Yunani telah muncul beberapa dokter atau tabib terkemuka. Tokoh Yunani  yang banyak berkontribusi mengembangkan ilmu kedokteran adalah  Hippocrates atau `Ypocras’ (5-4 SM). Dia adalah tabib Yunani yang  menulis dasar-dasar pengobatan.

Selain itu, ada juga nama Rufus of Ephesus (1 M) di Asia Minor. Ia  adalah dokter yang berhasil menyusun lebih dari 60 risalat ilmu  kedokteran Yunani. Dunia juga mengenal Dioscorides. Dia adalah penulis  risalat pokok-pokok kedokteran yang menjadi dasar pembentukan farmasi  selama beberapa abad. Dokter asal Yunani lainnya yang paling berpengaruh  adalah Galen (2 M).

Ketika era kegelapan mencengkram Barat pada abad pertengahan,  perkembangan ilmu kedokteran diambil alih dunia Islam yang tengah  berkembang pesat di Timur Tengah. Menurut Ezzat Abouleish, seperti  halnya lmu-ilmu yang lain, perkembangan kedokteran Islam melalui tiga  periode pasang-surut.

Periode pertama dimulai dengan gerakan penerjemahan literatur  kedokteran dari Yunani dan bahasa lainnya ke dalam bahasa Arab yang  berlangsung pada abad ke-7 hingga ke-8 Masehi. Pada masa ini, sarjana  dari Syiria dan Persia secara gemilang dan jujur menerjemahkan litelatur  dari Yunani dan Syiria kedalam bahasa Arab.

Buah pikiran para tabib di era Yunani Kuno secara gencar  dialihbahasakan. Adalah Khalifah Al-Ma’mun dari Diansti Abbasiyah yang  mendorong para sarjana untuk berlomba-lomba menerjemahkan literatur  penting ke dalam bahasa Arab. Khalifah pun menawarkan bayaran yang  sangat tinggi, berupa emas, bagi para sarjana yang bersedia untuk  menerjemahkan karya-karya kuno.

Sejumlah sarjana terkemuka ikut ambil bagian dalam proses transfer  pengetahuan itu. Tercatat sejumlah tokoh seperti, Jurjis Ibn-Bakhtisliu,  Yuhanna Ibn Masawaya, serta Hunain Ibn Ishak ikut menerjemahkan  literatur kuno. Selain melibatkan sarjana-sarjana Islam, tak sedikit  pula dari para penerjemahan itu yang beragama Kristen. Mereka  diperlakukan secara terhormat oleh penguasa Muslim.

Proses transfer ilmu kedokteran yang berlangsung pada abad ke-7 dan  ke-8 M membuahkan hasil. Pada abad ke-9 M hingga ke-13 M, dunia  kedokteran Islam berkembang begitu pesat. Sejumlah RS (RS) besar  berdiri. Pada masa kejayaan Islam, RS tak hanya berfungsi sebagai tempat  perawatan dan pengobatan para pasien, namun juga menjadi tempat menimba  ilmu para dokter baru.

Tak heran, bila penelitian dan pengembangan yang begitu gencar telah  menghasilkan ilmu medis baru. Era kejayaan peradaban Islam ini telah  melahirkan sejumlah dokter terkemuka dan berpengaruh di dunia  kedokteran, hingga sekarang. `’Islam banyak memberi kontribusi pada  pengembangan ilmu kedokteran,” papar Ezzat Abouleish.

Sekolah kedokteran pertama yang dibangun umat Islam sekolah Jindi  Shapur. Khalifah Al-Mansur dari Dinasti Abbasiyah yang mendirikan kota  Baghdad mengangkat Judis Ibn Bahtishu sebagai dekan sekolah kedokteran  itu. Pendidikan kedokteran yang diajarkan di Jindi Shapur sangat serius  dan sistematik. Era kejayaan Islam telah melahirkan sejumlah tokoh  kedokteran terkemuka, seperti Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Sina,  Ibnu-Rushd, Ibn-Al-Nafis, dan Ibn- Maimon.


Al-Razi (841-926 M) dikenal di Barat dengan nama Razes. Pemilik nama  lengkap Abu-Bakr Mohammaed Ibn-Zakaria Al-Razi itu adalah dokter istana  Pangerang Abu Saleh Al-Mansur, penguasa Khorosan. Ia lalu pindah ke  Baghdad dan menjadi dokter kepala di RS Baghdad dan dokter pribadi  khalifah. Salah satu buku kedokteran yang dihasilkannya berjudul  ‘Al-Mansuri’ (Liber Al-Mansofis).

Ia menyoroti tiga aspek penting dalam kedokteran, antara lain;  kesehatan publik, pengobatan preventif, dan perawatan penyakit khusus.  Bukunya yang lain berjudul ‘Al-Murshid’. Dalam buku itu, Al-Razi  mengupas tentang pengobatan berbagai penyakit. Buku lainnya adalah  ‘Al-Hawi’. Buku yang terdiri dari 22 volume itu menjadi salah satu  rujukan sekolah kedokteran di Paris. Dia juga menulis tentang pengobatan  cacar air.

Tokoh kedokteran lainnya adalah Al-Zahrawi (930-1013 M) atau dikenal  di Barat Abulcasis. Dia adalah ahli bedah terkemuka di Arab. Al-Zahrawi  menempuh pendidikan di Universitas Cordoba. Dia menjadi dokter istana  pada masa Khalifah Abdel Rahman III. Sebagain besar hidupnya  didedikasikan untuk menulis buku-buku kedokteran dan khususnya masalah  bedah.

Salah satu dari empat buku kedokteran yang ditulisnya berjudul,  ‘Al-Tastif Liman Ajiz’an Al-Ta’lif’ – ensiklopedia ilmu bedah terbaik  pada abad pertengahan. Buku itu digunakan di Eropa hingga abad ke-17.  Al-Zahrawi menerapkan cautery untuk mengendalikan pendarahan. Dia juga  menggunakan alkohol dan lilin untuk mengentikan pendarahan dari  tengkorak selama membedah tengkorak. Al-Zahrawi juga menulis buku  tentang tentang operasi gigi.

Dokter Muslim yang juga sangat termasyhur adalah Ibnu Sina atau  Avicenna (980-1037 M). Salah satu kitab kedokteran fenomela yang  berhasil ditulisnya adalah Al-Qanon fi Al- Tibb atau Canon of  Medicine. Kitab itu menjadi semacam ensiklopedia kesehatan dan  kedokteran yang berisi satu juta kata. Hingga abad ke-17, kitab itu  masih menjadi referensi sekolah kedokteran di Eropa.


Tokoh kedokteran era keemasan Islam adalah Ibnu Rusdy atau Averroes  (1126-1198 M). Dokter kelahiran Granada, Spanyol itu sangat dikagumi  sarjana di di Eropa. Kontribusinya dalam dunia kedokteran tercantum  dalam karyanya berjudul ‘Al- Kulliyat fi Al-Tibb’ (Colliyet). Buku itu  berisi ramngkuman ilmu kedokteran. Buku kedokteran lainnya berjudul  ‘Al-Taisir’ mengupas praktik-praktik kedokteran.

Nama dokter Muslim lainnya yang termasyhur adalah Ibnu El-Nafis (1208  – 1288 M). Ia terlahir di awal era meredupnya perkembangan kedokteran  Islam. Ibnu El-Nafis sempat menjadi kepala RS Al-Mansuri di Kairo.  Sejumlah buku kedokteran ditulisnya, salahsatunya yang tekenal adalah  ‘Mujaz Al-Qanun’. Buku itu berisi kritik dan penmbahan atas kitab yang  ditulis Ibnu Sina.

Beberapa nama dokter Muslim terkemuka yang juga mengembangkan ilmu  kedokteran antara lain; Ibnu Wafid Al-Lakhm, seorang dokter yang  terkemuka di Spanyol; Ibnu Tufails tabib yang hidup sekitar tahun  1100-1185 M; dan Al-Ghafiqi, seorang tabib yang mengoleksi  tumbuh-tumbuhan dari Spanyol dan Afrika.

Setelah abad ke-13 M, ilmu kedokteran yang dikembangkan  sarjana-sarjana Islam mengalami masa stagnasi. Perlahan kemudian surut  dan mengalami kemunduran, seiring runtuhnya era kejayaan Islam di abad  pertengahan.


Rekam Medis, Warisan RS Al-Nuri

Pada era keemasan Islam, ibu kota pemerintahan selalu berubah dari  dinasti ke dinasti. Di setiap ibu kota pemerintahan, pastilah berdiri  rumah sakit besar. Selain berfungsi sebagai tempat merawat orang-orang  yang sakit (RS), rumah sakit juga menjadi tempat bagi para dokter Muslim  mengembangkan ilmu medisnya. Konsep yang dikembangkan umat Islam pada  era keemasan itu hinga kini juga masih banyak memberikan pengaruh.

RS terkemuka pertama yang dibangun umat Islam berada di Damaskus pada  masa pemerintahan Khalifah Al-Walid dari Dinasti Umayyah pada 706 M.  Namun, rumah sakit terpenting yang berada di pusat kekuasaan Dinasti  Umayyah itu bernama Al-Nuri. Rumah sakit itu berdiri pada 1156 M,  setelah era kepemimpinan Khalifah Nur Al-Din Zinki pada 1156 M.

Pada masa itu, RS Al-Nuri sudah menerapkan rekam medis (medical  record). Inilah RS pertama dalam sejarah yang menggunakan rekam medis.  Sekolah kedokteran Al-Nuri juga telah meluluskan sederet dokter  terkemuka, salah satunya adalah Ibn Al-Nafis – ilmuwan yang menemukan  sirkulasi paru-paru. RS ini melayani masyarakat selama tujuh abad, dan  bagiannya hingga kini masih ada.

RS penting lainnya yang dibangun umat Islam berada di Baghdad. Ketika  Khalifah Harun Al-Rashid berkuasa, dia memerintahkan cucu Ibn-Bahtishu,  yang juga dokter istana bernama Jibril untuk membangun RS Baghdad. RS  ini berkembang menjadi sebuah pusat kesehatan yang amat penting. Salah  satu pemimpinnya adalah Al-Razi, ahli penyakit dalam termasyhur.

RS terkemuka lainnya di Baghdad adalah Al-Adudi yang dibangun pada  981 M, setelah Khalifah Adud Al-Dawlah. Bangunan RS merupakan paling  megah di Baghdad sebelum era modern. RS tersebut dilengkapi dengan  peralatan dan perlengkapan yang paling lengkap dan terkemuka pada  masanya. RS itu hancur lebur ketika bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu  Khan menyerang Baghdad pada 1258 M.

Ilmu kedokteran Islam juga berkembang di Mesir. Pada 872 M, Ahmed  Ibn-Tulun membangun RS Al-Fusta di kota Al-Fustat, sekarang Kairo. Pada  1284 M, Khalifah Al-Mansur Qalawun juga membangun RS terkemuka bernama  Al-Mansuri. Di Tunisia, pada 830 M, Pangeran Ziyadad Allah I membangun  RS Al-Qayrawan di wilayah kota Al-Dimnah. RS ini sudah menerapkan  pemisahan antara ruang tunggu pengunjung dan pasien.

Di Marokko, pada 1190 M, Khalifah Al-Mansur Ya’qub IbnuYusuf,  membangun RS Marakesh. Itu adalah RS terbesar da terindah karena dihiasi  taman yang penuh dengan bunga dan pohon buah-buahan. Ilmu medis juga  berkembang pesat di Spanyol. Pada 1366 M, Pangeran Muhammed Ibn-Yusuf  Ibn Nasr, membangun RS Granada di kota Granada.


Kontribusi Dokter Muslim



Bakteriologi Ilmu yang mempelajari kehidupan dan klasifikasi bakteri. Dokter Muslim  yang banyak memberi perhatian pada bidang ini adalah Al-Razi serta Ibnu  Sina.  

Anesthesia Suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan  berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Ibnu  Sina tokoh yang memulai mengulirkan ide menggunakan anestesi oral. Ia  mengakui opium sebagai peredam rasa sakit yang sangat manjur.

Surgery Bedah atau pembedahan adalah adalah spesialisasi dalam kedokteran yang  mengobati penyakit atau luka dengan operasi manual dan instrumen. Dokter  Islam yang berperan dalam bedah adalah Al-Razi dan Abu al-Qasim Khalaf  Ibn Abbas Al-Zahrawi.  

Ophthamology Cabang kedokteran yang berhubungan dengan penyakit dan bedah syaraf  mata, otak serta pendengaran. Dokter Muslim yang banyak memberi  kontribusi pada Ophtamology adalah lbnu Al-Haytham (965-1039 M). Selain  itu, Ammar bin Ali dari Mosul juga ikut mencurahkan kontribusinya. Jasa  mereka masih terasa hingga abad 19 M.  

Psikoterapi Serangkaian metode berdasarkan ilmu-ilmu psikologi yang digunakan untuk  mengatasi gangguan kejiwaan atau mental seseorang. Dokter Muslim yang  menerapkan psikoterapi adalah Al-Razi serta Ibnu Sina.

(heri ruslan–republika)

Sumber: http://www.gaulislam.com/menguak-jejak-kedokteran-islam
Sumber gambar: Google


lagi lagi note lslamic united

Tidak ada komentar:

Posting Komentar